Narasi 26 Februari

 

Ada banyak hal yang terjadi di sekitar kita,tapi kadang kita tidak menyadarinya.

Ada banyak hal yang terjadi disekeliling kita, tapi kadang kita menutup mata.


Sesuatu yang seharusnya kita bela, terkadang malah kita caci,

Sesuatu yang seharusnya kita percayai, terkadang malah kita benci.


Ini bukan sebuah puisi atau bahkan orasi,

Ini adalah sepenggal cerita tentang seseorang yang bangkit dari bully.


Seseorang ini merupakan anak dari kedua orang tua yang sangat luar biasa.

Akan tetapi, sejak awal ia memasuki dunia sekolah, 

dari TK hingga tingkat sekolah dasar, ia tidak pernah mengenal yang namanya seorang teman.


Masa-masa awal dunia sekolah yang seharusnya menjadi momen bahagia, 

malah menjadi awal sebuah luka.


Bullying,

Hal yang sering terjadi disekitar kita, 

setiap hari, bahkan sekarang ketika saya menuliskan narasi ini, bisa saja sedang terjadi tindak pembullyan diluar sana, yang kita tidak tau siapa, dan apa sebabnya.

Dari tingkat bully yang tingkatnya rendah, hingga yang paling parah.

Dari yang biasa, sampai yang luar biasa.


Apabila pembaca sekalian senang menonton film atau sinetron di televisi, yang mana di dalam adegan tersebut terdapat adegan pembullyan, maka hampir semua adegan tersebut sudah pernah di alami oleh seseorang ini.

Dimulai dari dikunci di dalam wc,

buku pelajaran yang dirobek dan digunting.

olokan fisik,

Eh jelek,

HAI HITAM,

Dekil,

Kurus

Tidak akan ada yang jatuh cinta padamu.

Bahkan tindakan fisik, dari sekedar dicubit dan ditampar, sudah pernah ia rasakan.


Saat itu ia bingung, 

Apa kesalahannya hingga ia mendapat perlakuan seperti itu?

Ia bertanya-tanya, apa ia pernah menyakiti orang lain?

Apa ia pernah melukai orang lain?

bahkan sempat terpikir untuk menyalahkan Tuhan yang telah membuatnya hidup kedunia.


Saat itu ia ingin sekali bercerita, tapi pada siapa?

Bahkan orang tua yang seharusnya bisa menjadi tempat terbaiknya untuk bercerita dan menjadi support systemnya tidak mempercayai apa yang telah ia ceritakan,

padahal lebam dan luka di wajah, tangan, dan kakinya seharusnya sudah cukup menjadi bukti tentang apa yang diceritakannya, tapi mereka tetap tidak mempercayainya dengan dalih bisa saja ia yang memulai pertengkaran hingga sekujur tubuhnya lebam.


Alhasil, ia hanya bisa menggoreskan tinta pada lembar-lembar kertas,

menuangkan segala sakit dalam sesak dan tangisnya saat menulis.

ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri dan berharap semoga esok tidak terlalu parah dari hari ini.


Hari-hari seperti neraka di sekolah dialaminya selama bertahun-tahun,

membentuk karakternya menjadi seorang yang tertutup.

Ia tidak mempercayai siapapun selain dirinya sendiri,

ia menganggap menyendiri adalah hal terbaik untuk tidak memperburuk hari-harinya.


Tapi pada suatu masa, akhirnya ia menemukan sebuah wadah,

tempat yang mungkin sangat asing baginya, tapi disanalah ia mulai berubah.


Disana, ia mencoba untuk sedikit membuka diri,

belajar akan banyak hal, dan mencoba untuk berinteraksi serta membaur dengan orang-orang yang ada di dalam wadah itu.


Hingga pada akhirnya,

perlahan, ia mulai bisa bangkit.


Ia tetap menjadi orang yang pendiam, tapi ketika di tempat itu, ia nyaman menjadi seorang yang banyak bicara.

Sampai akhirnya ia bisa bangkit,

setelah banyak luka,

setelah banyak benturan yang akhirnya membentuknya,

Setelah banyak yang dipendam,

Setelah banyak cerita yang ia tuang dengan tinta ke dalam tiap lembar kertas,

setelah setiap hari ia memeluk dirinya sendiri dan mengatakan kalimat yang sama setiap hari, bahwa ia bisa,

meyakinkan diri sendiri, bahwa hari-hari menyakitkan akan segera berakhir,

badai pasti berlalu, dan hujannya akan berakhir dengan pelangi.

 

Kini ia telah benar-benar bangkit dari keterpurukan itu,

Karena ia sadar akan sesuatu, ketika ia tetap berdiam dan menutup diri, maka ia akan kalah dengan orang-orang yang membully,

Oleh karena itu, kini ia telah berdiri tegak dihadapan orang-orang yang pernah membullynya dan memandangnya sebelah mata seraya berkata, "This is me" "Ini aku yang baru"


Kini ia telah menang, dan membungkam lidah orang-orang yang pernah menghancurkan hari-harinya.


Dan sekarang ia berharap, kepada orang-orang yang membaca tulisan ini,

jika ada yang pernah menjadi korban bully,

yang hingga sekarang belum bisa bangkit dan menyesuaikan diri, maka bangkit dan berubahlah,

karna kita sama, kalo ia bisa, berarti kita pun bisa.


Mari kita sama-sama keluar dari ruang duka kita,

Mari kita sama-sama tunjukkan bahwa kita bisa,

karena tidak ada gunanya terus menerus berada di dalam tempat yang penuh luka.

tidak ada gunanya terus menerus terpuruk disana.


Buktikanlah pada mereka, tunjukan jika kita bisa,

Mari kita bungkam orang-orang yang memandang kita sebelah mata,


Dan mari kita lakukan suatu hal yang mustahil, agar kita tau dimana batas kemungkinan.


Alf

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer